Apa yang bisa dipelajari dari
sebuah kue? Ya, untuk beberapa tahun yang lalu mungkin tidak ada yang bisa
menyangka bahwa sebuah kue bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran di
sekolah. Model pendidikan kreatif inilah yang coba diterapkan oleh guru-guru di
SDK Du, sebuah sekolah kecil yang terletak di Kecamatan Lela.
Buah kerjasama antara WVI dan
Dinas PPO Kabupaten Sikka sudah mulai terlihat. Guru-guru tidak lagi mengajar
hanya dengan membaca buku dan hanya di dalam kelas. Saat ini mereka lebih
kreatif, mampu melihat benda di alam sekitar dan menariknya menjadi sebuah
pembelajaran menarik di kelas. “
Saya sangat senang dengan pendidikan karakter yang diterapkan WVI dan Dinas
PPO, ini sangat unik karena sangat menyentuh sekali dengan konteks lokal yang
ada, bahkan bisa memperkaya model pembelajaran bagi para guru.” kata Ibu Maria, seorang guru di SDK
Du.
Melalui pembelajaran ini, anak-anak mulai di biasakan untuk mencintai
alam sekitar mereka karena alam adalah kelas mereka dan sekaligus ruang bermain
mereka. Seperti yang saat ini dilakukan oleh Ibu Maria dan anak muridnya,
mereka akan belajar tentang konsep bangun ruang dengan membuat kue adat Bolo Pagar.
Bolo Pagar adalah sebuah kue adat Sikka yang biasa ada dalam rangkaian
perkawinan. Kue Polo Pagar akan disajikan oleh keluarga perempuan saat keluarga
laki-laki meminang anak perempuannya. Maknanya adalah layaknya pagar, calon
pengantin laki-laki dan keluarga harus menjaga dan melindungi calon pengantin
perempuan. Semakin banyak rekatan atau bentuk yang saling silang akan membuat
“pagar” semakin kuat, artinya bila keluarga dan banyak pihak turut mendukung
perkawinan ini, maka perkawinan akan sejahtera dan langgeng. Warna-warni dalam
kue ini juga memaknakan suka duka yang akan mewarnai sebuah perkawinan.
Selain mengerti tentang bangun
ruang, mereka pun belajar tentang makna dari Bolo Pagar ini. Sungguh indah
ketika sejak dini anak “didekatkan” dengan budaya dan diajarkan untuk
mencintainya.
Hal inilah yang diharapkan oleh semua pihak, karena menjadi pintar bukan hanya membaca
dan belajar dalam kelas, namun
pengetahuan dari alam sekitar dan konteks setempat akan memberikan pendidikan yang jauh lebih
kaya untuk dikembangkan. Dengan menerapkan pendidikan kontekstual, keunikan
yang mulai pudar dan hilang dapat
digali kembali dan dikembangkan
untuk menunjang potensi, kemampuan serta keterampilan yang
berpuncak pada karakter anak. Inilah yang bisa dipelajari anak-anak SDK
Du melalui kue adat. Mengesankan!
*Penulis: Emanuel Laba (Fasilitator Pengembangan ADP Sikka) dan Herning Tyas Ekaristi (Community Development Coordinator ADP Sikka)
No comments:
Post a Comment