Tuesday, April 26, 2016

STOP Pelecehan Seksual Pada Anak!!

“Dia yang dulunya ceria, suka tertawa sekarang jadi sering melamun dan mendadak gemetar serta ketakutan bila ada orang dewasa laki-laki yang menegur dia.”, ujar Afrida, Ibu dari Rara (5 tahun, bukan nama sebenarnya) seraya memandang putri kecil satu-satunya itu.

Pedih dan sakit masih dirasakan oleh Rara dan kedua orangtuanya. Hari Valentine, 14 Februari 2015, yang harusnya menjadi Hari kasih sayang bagi Rara malah menjadi hari yang mendukakan hatinya, menjadi hari yang mungkin tidak akan ia lupakan sepanjang hidupnya. Rara mendapat pelecehan seksual oleh Joni (50 tahun, bukan nama sebenarnya). Ironisnya, Joni bukanlah orang asing bagi Rara dan keluarganya. Ia cukup sering berkunjung ke rumah Rara untuk sekedar plewo pla’a bibo babong (silaturahmi, dalam bahasa Sikka).

Pasca kejadian, dibantu oleh staf WVI yaitu fasilitator desa, bersama perwakilan masyarakat Desa Wogalirit, Rara segera dirujuk ke Puskesmas dan melapor ke Polsek terdekat. Pihak berwenang pun segera melanjutkan kasus ini ke Polres Sikka sehingga proses hukum dari kasus ini cukup ditindaklanjuti dengan cepat. Pihak pengadilan memutuskan sidang pertama akan digelar pada tanggal 6 Mei 2015.

Sebelum hari persidangan, Rara dan keluarganya didampingi staf WVI dan TRUK-F (Tim Relawan untuk Kemanusiaan Flores) melakukan persiapan mental dan brifing tentang jalannya persidangan. Ini dilakukan supaya Rara dan keluarga siap dan berani dalam memberikan kesaksian dalam sidang pertama kasus ini yaitu untuk mendengar kesaksian korban dan saksi pendukung.

Tidak hanya berhenti di situ, melihat perubahan sikap Rara, orangtua setuju akan dilakukan terapi psikologis oleh Psikolog Maria Nona Nancy dari UNIPA. “Dengan senang hati saya akan datang dan bermain-main dengan adik Rara sembari melakukan terapi pemulihan untuk kondisi psikologisnya.”, ujar Maria Nona Nancy, Psikolog yang juga mengajar di Universitas Nusa Nipa Maumere.


Kisah Rara menjadi potret buram permasalahan anak-anak saat ini. Kisah Rara menjadi reminder bagi kita--orang dewasa--untuk lebih peka dan menindaklanjuti isu ini dengan serius. Kisah Rara menjadi semangat bagi kita untuk memandang pelayanan di organisasi ini adalah sebagai panggilan Tuhan. Selamat melayani.


*Penulis: Herning Tyas Ekaristi, CDC ADP Sikka

No comments:

Post a Comment