“Dia yang
dulunya ceria, suka tertawa sekarang jadi sering melamun dan mendadak gemetar
serta ketakutan bila ada orang dewasa laki-laki yang menegur dia.”, ujar Afrida,
Ibu dari Rara (5 tahun, bukan nama sebenarnya) seraya memandang putri kecil
satu-satunya itu.
Pedih dan sakit masih dirasakan oleh Rara dan kedua
orangtuanya. Hari Valentine, 14 Februari 2015, yang harusnya menjadi Hari kasih
sayang bagi Rara malah menjadi hari yang mendukakan hatinya, menjadi hari yang
mungkin tidak akan ia lupakan sepanjang hidupnya. Rara mendapat pelecehan
seksual oleh Joni (50 tahun, bukan nama sebenarnya). Ironisnya, Joni bukanlah
orang asing bagi Rara dan keluarganya. Ia cukup sering berkunjung ke rumah Rara
untuk sekedar plewo pla’a bibo babong
(silaturahmi, dalam bahasa Sikka).
Pasca kejadian, dibantu oleh staf WVI yaitu fasilitator
desa, bersama perwakilan masyarakat Desa Wogalirit, Rara segera dirujuk ke
Puskesmas dan melapor ke Polsek terdekat. Pihak berwenang pun segera melanjutkan
kasus ini ke Polres Sikka sehingga proses hukum dari kasus ini cukup
ditindaklanjuti dengan cepat. Pihak pengadilan memutuskan sidang pertama akan
digelar pada tanggal 6 Mei 2015.
Sebelum hari persidangan, Rara dan keluarganya didampingi
staf WVI dan TRUK-F (Tim Relawan untuk Kemanusiaan Flores) melakukan persiapan
mental dan brifing tentang jalannya persidangan. Ini dilakukan supaya Rara dan
keluarga siap dan berani dalam memberikan kesaksian dalam sidang pertama kasus
ini yaitu untuk mendengar kesaksian korban dan saksi pendukung.
Tidak hanya berhenti di situ, melihat perubahan sikap Rara,
orangtua setuju akan dilakukan terapi psikologis oleh Psikolog Maria Nona Nancy
dari UNIPA. “Dengan senang hati saya akan datang dan bermain-main dengan adik
Rara sembari melakukan terapi pemulihan untuk kondisi psikologisnya.”, ujar
Maria Nona Nancy, Psikolog yang juga mengajar di Universitas Nusa Nipa Maumere.
Kisah Rara menjadi potret buram permasalahan anak-anak saat
ini. Kisah Rara menjadi reminder bagi
kita--orang dewasa--untuk lebih peka dan menindaklanjuti isu ini dengan serius.
Kisah Rara menjadi semangat bagi kita untuk memandang pelayanan di organisasi
ini adalah sebagai panggilan Tuhan. Selamat melayani.
*Penulis: Herning Tyas Ekaristi, CDC ADP Sikka
No comments:
Post a Comment